Gerpfast Record: Tentang Kancah Shoegaze dan Noise-Eksperimental

Gerpfast Record: Tentang Kancah Shoegaze dan Noise-Eksperimental

Gerpfast Record: Tentang Kancah Shoegaze dan Noise-Eksperimental 1200 900 Extended.Asia.Play

Pada 17 April 2019, (T) Theo Nugraha (Redaktur VJ>Play) mewawancarai seorang seniman noise asal Malang, (P) Aditya Pandu W atau dikenal juga dalam kancah noise dengan nama Bergegas Mati, salah satu pendiri Gerpfast Record dan anggota kolektif Malang Sub Noise yang berdomisili di Malang, Jawa Timur. Wawancara ini dilakukan melalui aplikasi chat Facebook dan diselaraskan oleh Andang Kelana. Berikut adalah hasil wawancara VJ>Play dengan Aditya Pandu W a.k.a Bergegas mati.

T: Halo, silakan perkenalkan diri anda dan bagaimana Gerpfast Record lahir?
P: Nama saya Pandu co-owner dari Gerpfast Record. Gerpfast lahir tahun 2014 awal (sekitar bulan Februari) oleh saya dan Ari CK. Nama Gerpfast itu idenya Ari dan logo pertama dia juga yang buat. Sampai sekarang Gerpfast Record saya jalankan bersama rekan saya Harrison Andrew Kesner dari New York. Dia juga punya record label & distribution namanya Disappearing Records, saya juga ikut andil dalam record tersebut.

T: Gerpfast merilis genre yang bagaimana? dan apakah selalu dirilis fisik dan online setiap edisinya?
P: Gerpfast lebih fokus merilis band shoegaze & noise-experimental. Tapi kami juga merilis band-band post-punk, indie-pop, grindcore, electro-pop, post-rock, dan lain-lain. Hampir semua rilisan Gerpfast berupa (produk) fisik & online, tapi beberapa memang sengaja tidak ada digitalnya (permintaan musisi). Untuk fisik kami memang selalu merilis dalam jumlah yang terbatas agar lebih ekslusif, juga ada beberapa rilisan yang tidak ada fisiknya juga.

T: Apakah ada proses kurasi setiap rilisannya? bagaimana proses kurasinya?
P: Kalau kurasi pasti ada. Kayaknya kalau kurasi sama seperti record label lain, kalau kami cocok sama band/project-nya, ya kami ambil untuk dirilis. Cuma salah satu syarat di Gerpfast, band/project harus pernah (tampil) live dulu setidaknya 3 sampai 5 kali.

T: Bisa jelaskan kenapa (tampil) live menjadi syarat penting di Gerpfast Record?
P: Band kalau punya rekaman bagus tapi gak pernah live, ya sesuai pengalaman aja sih, pasti sound live mereka beda jauh sama rekamannya. Kadang lebih buruk di live set-nya. Ada yang demam panggung, dan lain sebagainya. Live juga jadi tempat buat band promo juga kan. Makanya kami pasti cek dulu live perform mereka, entah video atau nonton band-nya langsung.

T: Gerpfast Records juga merilis genre noise. Bagaimana kamu melihat perkembangannya di Indonesia beberapa tahun ini?
P: Scene noise di Indonesia perkembangannya udah mantap sih, banyak scene noise di tiap kota, project baru bermunculan. Terus sudah dua kali juga kan? Dirilis VA-Indonoisia sama HNM record label asal Inggris. Banyak yang ngelirik project noise lokal juga tuh, record label luar Indonesia.

T: Sedangkan praktik eksperimentasi bunyi di kota Malang seperti apa? Dan siapa saja yang pernah dirilis?
P: Di Malang ada Malang Sub Noise (MSN) yang biasa mengelola pertunjukan untuk musik-musik noise/eksperimental. Belakangan ini Malang juga banyak project baru juga. Selain mengelola pertunjukan, MSN juga mengadakan noise bombing dadakan, walaupun sudah jarang lagi sih. Di Malang, Gerpfast pernah merilis split album dari Uhyeah!, Womboom, Pop Jahiliyah dan beberapa kompilasi live dari MSN.

T: Menurut kamu rekaman yang baik dalam genre noise itu seperti apa ?
P: Rekaman di noise itu semua baik. Mau live recording, studio recording, semuanya OK. Noise bebas!

T: Lalu temuan apa yang kamu temukan dalam setiap rilisannya? Terutama dalam eksplorasi bunyi mereka?
P: Setiap dengar sound (dari) Japanoise (Merzbow, Incapacitants, Kazumoto Endo, Hijokaidan, dan lain-lain), mereka punya ciri khas sound sendiri. Beda lagi kalau aku dengar sound-nya The Rita, Vomir, HNM, Tissa Mawartyassari, dan kawan-kawan yang berasal dari Eropa atau Amerika Serikat. Atau Pripoy, Le Trash Can dari Ukraina, Torturing Nurse dari Cina. Semua saya rangkum dari sound crackle harsh, glitch sampai wall-nya. Semua punya karakter sendiri, dari alat atau cara menghasilkan bunyinyapun, sampai performance-nya juga. Saya pernah ngobrol sama Kiran tentang gear harshnoise yang kebanyakan menggunakan shaker box, dan kami berdua setuju, seharusnya artist noise harus bisa eksplorasi lebih luas (lagi) tentang bagaimana menghasilkan bunyi selain dengan shaker box. Pasti pernah bosan liat gig noise yang line-up-nya hampir semua menggunakan shaker box kan? Tapi itu kembali ke personal masing-masing, kalau mereka cocok dengan gear tersebut, ya OK. Kembali lagi, β€œNoise itu Bebas!” Kalian mau eksplorasi bunyi dengan cara apapun, tidak ada rules di sini.

T: Apakah menurutmu noise itu harus berisik?
P: Noise ya harus berisik dan menganggu, namanya juga noise. Tapi noise buat di telingaku, (adalah) bising yang menyenangkan.

T: Berarti ada yang tidak menyenangkan dong, ada contohnya?
P: Suara klakson kendaraan pas macet tuh, bising yang tidak menyenangkan.

T: Oke, Bagaimana Gerpfast Record membangun jaringan dan mendistribusikan rilisannya ?
P: Distribusi kami melalui beberapa record shop, trade, lapakan dan melalui musisi/band-nya sendiri (live show,dan lain-lain). Selama ini membangun jaringan melalui email dan media sosial aja sih. Atau misalkan ada salah satu musisi/band rilisan Gerpfast main, kami ngobrol-ngobrol juga (dengan mereka) biar dapat link baru.

T: Kamu juga merilis genre shoegaze. Bagaimana perkembangan kancah shoegaze di indonesia beberapa tahun ini?
P: Kalo di Indonesia buat band-band shoegaze kayaknya gak terlalu banyak ya. Tapi beberapa band punya materi yang OK. Lebih ke Nu Gaze mungkin ya, band-band Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Tapi buat selera, Nu Gaze gak terlalu cocok buat saya.

T: Jadi kesimpulannya, menurutmu kancah shoegaze Indonesia bagaimana?
P: Harus diramein lagi, scene shoegaze di sini (band & gig-nya)

T: Kamu juga punya project Bergegas Mati. Bisa ceritakan secara singkat?
P: Bergegas Mati (adalah) project solo harsh-noise/drone saya tahun 2014 sampai sekarang. Awal live pertama kali Bergegas Mati tampil bersama xMericoxAbangx. Punya beberapa rilisan album & split-album yang bisa dikunjungi lewat Bandcamp Bergegas Mati.

T: Dalam waktu dekat ini sedang mengerjakan dan mempersiapkan apa?
P: Lagi prepare buat full album Bergegas Mati & Kawaii Death Gurrll. Untuk Gerpfast Record, kita prepare 3 rilisan buat tahun ini (mungkin lebih dari 3).

T: Oke, terima kasih atas waktunya.
P: Oke.

Dokumentasi foto oleh Gerpfast Record.

Tautan terkait:
Gerpfast Record
https://gerpfastkolektif.bandcamp.com/
https://www.instagram.com/gerpfastkolektif/

Bergegas Mati
https://www.discogs.com/artist/4437858-Bergegas-Mati

Theo Nugraha

Theo Nugraha (b. Samarinda, April, 1992) is an artist, curator, and organizer from Samarinda. He has been a part of Indonesian experimental sound scene since 2013. His discography contains almost 200 releases. He is the co-founder of the HEX Foundation and one of the initiators of Extended.Asia, an online platform for sound and visual artists. In addition, He also works as a co-curator of the Museum Kota Samarinda. Theo is also active in an visual experimentation group with Milisifilem Collective, performance art at 69 Performance Club, and is the editor of EXT.ASI.PLAY.

article above by: Theo Nugraha

    error: Content is protected !!