Terbentuk pada tahun 1998 di bilangan Jakarta Timur dengan nama awal Contradict. Bongkar pasang personil kerap terjadi, sampai pada akhirnya setahun kemudian band ini mantap digawangi oleh Jaws (vocal), Kobe (gitar), Gank (bass), dan Skiw (drum) kemudian mengubah nama mereka menjadi The Raws. Tahun 2000 – 2006 adalah waktu yang produktif buat band yang melabel diri mereka sebagai Megapollutant Jakarta Pogo Punk Squadron ini. Kala itu, setiap tahunnya mereka merekam dan merilis karya musik. Setidaknya ada 8 album fisik yang diluncurkan. Antara lain, 3 album kompilasi yaitu:
- Still One Still Proud Vol. 3 (2000)
- A Tribute To Ramones (2004)
- Total Fuckin’ Pogo (2005)
Ada juga 3 album split:
- Proud To Be Punks – 4 Way Split Bersama The Innocents, Brigade Of Bridge, Mohican Freaks (2001)
- The Raws … Up Yours / Septictank Life Goes On… (2002)
- Unspoken Action Vol. 1 – 8 Way Split bersama Deadendwish, Spiky Mcky, Government Shit, Extra Pampers, Critic Crust, Total Confused, dan Debu Asmara.
Lalu ada satu album mini The Raws – Contra Reality ep (2003) kemudian berhenti di satu album penuh The Raws – Here Come The Suburban Rockers, The Spirit Is Far From Over (2006).
Setelah itu mereka hampir tidak merilis album fisik apapun kecuali ada beberapa singel yang bergentayangan di media sosial seperti Taklukkan Djakarta (2012), Lingkaran Setan Rutinitas (2017), dan Enter Black Hole (2017). Beberapa single tersebut pun dilepas liar begitu saja di beberapa platform streaming. Setelah tahun itu bisa dibilang mereka tidak pernah terlihat beraksi lagi di gig punk Indonesia.
Fase mulai berumah-tangga, larut dalam pekerjaan dan rutinitas kehidupan lainnya selalu menjadi kambing hitam sekaligus kutukan untuk banyak band punk lokal yang menetas di akhir 1990an. Fase-fase itu selalu menjadi alasan klasik pertama untuk kemandekan dalam berkarya dan ketidakproduktifan sebuah band. Fase ini juga yang dirasakan oleh The Raws.

The Raws / Foto: Eko Yulianto
Hal ini membuat jiwa musisi mereka merasakan kemuakan karena terus dipermainkan rutinitas dan larut dalam stagnasi. Dengan sisa energi yang ada, memotong anggaran rumah tangga di sana-sini, mengorbankan beberapa akhir pekan family time, dan bermodalkan kerinduan bermain bersama lagi, mereka akhirnya meracik 8 trek karya baru (7 trek berbahasa Indonesia) bernuansa Street Pogo Punk untuk melengkapi single Taklukkan Djakarta dan Lingkaran Setan Rutinitas yang kemudian disajikannya dalam album penuh yang bertajuk Transisi.
“Proses kreatif malah nggak ada, karena lagu dibuat di tempat secara spontan di studio langsung (rekaman). Semuanya nggak dirancang dan nggak dikonsepin,” jelas Skiw saat ditanya soal proses kreatif aransemen lagu.
“Delapan lagu baru tersebut diramu dan direkam hanya dalam 2 minggu. Karena ketemuannya susah, mau segala macem susah, kami improvisasi aja di studio. Kami ngulik dulu sebentaran sebelum rekaman. Kami paham dengan pakem-pakem recording dasar. Dengan bermodalkan semangat dan insting, maka jadilah album Transisi ini hanya dalam waktu 2 minggu,” ungkap Jaws sang vokalis.
Menurut Tukul sang Produser Toxic Noise Records yang mengikuti perjalanan The Raws sejak awal terbentuk, ini adalah album The Raws yang paling eksploratif dan solid. “Di album ini The Raws Mmemadukan irisan NJ Street Pogo Punk, UK82 Punk, juga dicampur NWOBHM mahzab Motorhead. The Raws seperti merekoknstruksi bagaimana Street Pogo Punk dimainkan. Album ini juga mantra yang ampuh untuk melawan kutukan stagnasi band tersebut.”

The Raws / Foto: Eko Yulianto
Album ini telah dirilis dalam format kaset pada Minggu 21 Maret 2021 oleh Toxic Noise Records. Album ini juga diproduksi terbatas 77 kopi kaset merah, 82 kopi kaset biru, dan 90 kopi kaset kuning bernomor seri.