MURAM Kenalkan Vokalis Baru Melalui Single Terbaru “Parade Hujan”: Heavy and Louder Than Before!

MURAM Kenalkan Vokalis Baru Melalui Single Terbaru “Parade Hujan”: Heavy and Louder Than Before!

MURAM Kenalkan Vokalis Baru Melalui Single Terbaru “Parade Hujan”: Heavy and Louder Than Before! 1080 1080 Extended.Asia.Play

Banjarmasin, Juni 2025 — Band strong rock MURAM resmi mengumumkan vokalis baru mereka, yaitu Richy Petroza. Bersamaan dengan perilisan single teranyar yang berjudul “Parade Hujan” yang telah meluncur di seluruh platform digital.

Setelah melalui fase transisi penuh pertanyaan, MURAM kembali menegaskan eksistensinya dengan menghadirkan suara baru yang lebih gelap, tajam, dan emosional lewat “Parade Hujan”, sebuah lagu yang membahas absurditas harapan di tengah kenyataan, informasi di lini masa yang membuat kita muak. Keserakahan dan kerakusan kemanusiaan seolah ini hal yang biasa, seolah kita hanya menjadi penonton film di bioskop dengan kwalitasburuk namun kita tak bisa menghentikannya.

Muram mempertanyakan, apakah mereka masih manusia, atau hanya monster berbalut tubuh manusia?

“Parade Hujan” seperti doa yang dihantarkan ke langit, agar kita terhindar dari kegersangan nurani manusia, terjauhkan dari ketamakan manusia yang saat ini merajalela dimana-mana. Seperti retaknya tanah akibat kegersangan, menanti hujan yang tak kunjung reda.

Muram dengan Vokalis Baru
Richy Petroza, bukanlah wajah baru dari skena musik bawah tanah Kalimantan Selatan, dia pula tergabung di PrimitiveMonkey Noose, Bagak!, dan Karengkang, dan berbagai kegiatan kolektif bersama Batulicin Connection, Bertuah Records dan lainnya.

Richy, membawa warna vokal serak berkarakter dan lirik penuh lapisan makna.

Menjadi darah segar yang memperkuat identitas Muram sebagai band yang tidak sekadar lantang, tetapi juga menggugah.“Parade Hujan adalah cermin. Tentang diam yang gaduh, tentang perayaan luka yang sulit untuk disembuhkan,” ujar Richy Petroza dalam sesi rekaman.

Single ini juga menjadi penanda era baru Muram—lebih matang secaramusikal, tanpa kehilangan dentuman khas mereka. Diproduseri sendiri oleh band, lagu ini menyuguhkan riff berat, ketukan yang menggulung, serta atmosfer kelam yang khas.

Tentang MURAM

MURAM adalah band—strong rockers—yang berdiri di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan sejak tahun 2019. Berisikan orang-orang yang memang pelaku skena musik bawah tanah di kota seribu sungai ini: Feriza Manuwu, adalah pemilik Hollow Labs Studio, kerapmenjadi pendukung segala kegiatan kolektif dan non-kolektif menunjang pergerakan skena musik di Kalsel. Lalu Awlia, adalah drummer yang telah malang melintang di skena musik sejak lebihdua dekade. Terakhir Erwin, gitaris gaek yang sebelumnya pernah bermain untuk Scope dan band Kunci di Jakarta.

Muram adalah band rock yang memiliki basis massa yang militan, dikenal dengan nama Kuda Liar.

Mereka adalah “abang-abangan skena” Kalsel. Terkenal karena liriknya yang pedas penuh makna dan aransemen musik yang berat, gelap, berat dan kuat, menggerinda telinga dengan segala khasnya, mereka menyebutnha; Strong Rock! Muram telah merilis 1 album berjudul “Raung Selatan” dan kemudian 1 EP album berjudul “Rock Penyambar Nalar”. Kini mereka bersiap membuka babak baru dengan formasi dan semangat yang lebih tajam.

Link Terkait:

Email: muramrock@gmail.com
Instagram: muramrock
YouTube: Muram Rock
Contact Person: 0811-5181-94 (Aswin)

 

Theo Nugraha

Theo Nugraha (born Samarinda, April 1992) is an artist, curator and organizer from Samarinda. Theo is the pioneer of the first noise project in Samarinda and has been part of the Indonesian experimental sound scene since 2013. His discography contains almost 200 releases. He is part of the visual experimentation group with Milisifilem Collective and performance art studies at 69 Performance Club. Theo is one of co-initiators of Situationist Under-Record project. In addition he is one of the founders of the HEX Foundation and one of the initiators of Extended. Asia, an online platform for sound and visual artists. Now Theo works as curator of the Rumah Adat Budaya Daerah Kota Samarinda and editorial team at Visual Jalanan.

article above by: Theo Nugraha

    error: Content is protected !!