Pelteras: Merilis Album Penuh Bertajuk Peranjakan

Pelteras: Merilis Album Penuh Bertajuk Peranjakan

Pelteras: Merilis Album Penuh Bertajuk Peranjakan 2560 1707 Extended.Asia.Play

Pada 16 Oktober 2023, (T) Theo Nugraha mewawancarai Band asal Jakarta bergenre deathrock / post-punk bernama Pelteras. Terbentuk pada tahun 2016 dan beranggotakan: Adam Pribadi (Gitar), Adam Bagaskara (Bass), Techa Aurellia (Vokal) dan Achmad Raditya aka Deje (Drum). Wawancara ini dilakukan melalui aplikasi chat WhatsApp. Berikut adalah hasil wawancara EXT.ASI.PLAY dengan Pelteras mengenai album terbarunya bertajuk Peranjakan.

T: Halo, apa kabar Pelteras ? Sejak kapan awalnya terbentuk? Bagaimana kalian semua bisa bertemu?

D: Selamat malam Theo, perkenalkan gue Deje, main drum di Pelteras. Kabar kami baik, semoga kabar Theo juga baik. Pelteras terbentuk di tahun 2016. Awalnya gue dan adik gue, Adam Bagaskara (bass), sedang di mobil berdua. Adam memperdengarkan demo baru dengan band kampusnya yang bikin gue pengen banget ngeband.

Adam merespon dengan langsung mengajak Adam Pribadi (gitar) yang adalah teman SMA gue untuk nge-jam bareng di sore itu. Riff-riff cocok, kami lanjut mengerjakan materi, sampai akhirnya ketemu Techa (vokalis) di akhir 2016 sampai akhirnya kami merilis “Meranggas” di soundcloud pada Desember 2016. Kurang lebih kenal dengan Techa dari mutual friends-nya Adam (gitar).

T: Kalian menyebut genre kalian apa?

D: Kami memainkan musik deathrock / post-punk. Tapi dengan banyak pengaruh juga dari gocekan band-band hardcore punk dan metal.

T: Siapa saja musisi yang mempengaruhi kalian bermusik?

D: Kalau pengaruh dalam bermusik keliatannya setiap player beda-beda ya. Kalau gue waktu awal-awal mengerjakan materi Pelteras mungkin banyak mendengarkan Soft Kill dan Savages untuk referensi main drum.

AP: Kalau referensi yang mempengaruhi gw personal sekaligus di Pelteras itu kurang lebih Cocteau Twins, The Cure, Killing Joke, dan Kate Bush.

AB: Banyak banget dan keliatannya gak terbatas artist yang diklasifikasikan sebagai bagian dari genre post-punk / deathrock / goth. Tapi buat gue pribadi The Cure, The Birthday Party (ex-band Nick Cave), dan The Doors jadi pengaruh besar.

TA: Pengaruh buat gua pribadi secara sadar Cat Power, King Woman dan Grizzly Bear. Lagi-lagi gak terbatas genre post-punk / deathrock / goth.

T: Kalian baru saja merilis album terbaru bertajuk Peranjakan. Silahkan ceritakan bagaimana proses pengerjaan selama album ini? Dan berapa lama masa penggarapan album ini?

AB: Single pertama Pelteras, Meranggas, yang juga ada di dalam album ditulis Agustus 2016. Setelah merekam versi single lagu tersebut, kami lanjut tulis lagu sampai akhir 2018. Albumnya sendiri mulai direkam di studio pada awal 2019. Kemudian proses rekaman dan post-production sempat berhenti karena urusan pribadi para personel juga pandemi. Di akhir 2021 kami kumpul lagi, kemudian melanjutkan proses rekaman dan post-production di sekitar pertengahan 2022.

T: Lagu apa yang menurut Pelteras sangat sulit dikerjakan dalam album ini? Dan lagu apa yang berkesan dalam album ini buat kalian semua?

AB: Kayaknya kalau kesan terhadap lagu bakal berbeda untuk masing-masing personel. Buat gue pribadi sekarang lagi seneng-senengnya denger Semarak, karena menampilkan penulisan lagu yang cukup berbeda dibandingkan lagu-lagu lain di album. Untuk yang sangat sulit untuk dikerjakan, gue gak yakin sih. Tapi gue ingat kami perlu kasih perhatian yang cukup detail untuk Peranjakan I dan Semarak, karena treatment dari segi delivery musik + vokal serta produksi cukup berbeda.

D: Gue juga lagi seneng banget denger Semarak, menurut gue performance vokal Techa di lagu itu canggih banget, ditambah penasaran karena lagu itu belum pernah dibawakan live.

TA: Dalam prosesnya, Semarak dan Sarang/Kubangan cukup jadi challenge yang sangat menarik, karena cara menghayatinya yang berbeda dari lagu-lagu lainnya.

AP: Ada beberapa lagu yang ketika dibuat, sisa partnya bener-bener bikin musti ekstra mikir bareng-bareng buat ngerampunginnya. Tapi iya tingkat kesulitannya beda setiap lagunya. Kalo gw semuanya berkesan. Gw menikmati pembuatan semua lagu album ini bareng Adam, Deje, dan Techa 🖤

TA: Setuju sih sama Adam Pribadi, pembuatan lagu-lagu kami secara keseluruhan menjadi hal yang menarik ketika di-breakdown ke part-partnya. Karena setiap part ada charm dan challengenya tersendiri bagi kami dan ketika kami berempat mencoba ini dan itu, penyelesaiannya selalu berasa menyenangkan

T: Selama proses mixing dan mastering, apakah kalian memiliki kendala dalam pengerjaannya?

AB: Gak ada sih mas.

T: Tapi, apakah kalian memikirkan pengaruh mixing dan mastering untuk album kalian yang tersebar di platform digital? Karena pendengar kalian akan berbeda-beda mendengar melalui perangkat earphone, speaker dan bahkan di speaker mobil. Apakah kalian memikirkan outputnya perangkat yang didengar saat di rilis digital? Dan siapa yang kalian percaya untuk mixing dan mastering?

AB: Pastinya, karena album Peranjakan dirilis versi digital lebih dulu. Sehingga kami rasa post-production dicoba bisa cater kebutuhan pendengar yang menikmati album via streaming platforms dengan berbagai medium (speaker monitor, headset, bahkan speaker hp

AP: Peranjakan mixing oleh Haryo Widi dan mastering oleh Moko Aguswan.

T: Karena kata temen gue, Rizki Wahyudi. Mendengar mixing dan mastering yang oke biasanya tes dengar di speaker mobil. Kemarin gue dengerin balance secara mixing dan gak peak juga waktu di mobil.

AB: Yes setuju, speaker mobil juga jadi salah satu medium yang kami gunakan untuk review mixing + mastering.

T: Oke, Gear apa saja yang digunakan dalam album Peranjakan?

D: Untuk drums, saya pakai drum di Noise Lab Studio. Lupa Pearl apa, tapi maple. Snare pakai Gretsch Hammered Brass 6.5 x 14, Zildjian K Custom Dark Hi-Hats 14“, Zildjian Custom Dark Crash 19″ dan Zildjian K Constantinople ride 20“.

AB: Bass: Fender Precision Bass Special Deluxe direkam secara direct, reamped lewat Fractal FM3 menggunakan model head Ampeg SVT CL dan cab Ampeg 8×10.

AP: Gitar: Hagstrom Viking dengan pick up Lollar.

AB: Oh yes, bass upgraded dengan Lollar P Bass pickups.

D: Saya pengen bahas mic-ing untuk drum tapi nggak ngerti hehe.

AB: Plugins digunakan untuk modulasi vokal dan instrumen (delay, reverb, chorus, dll).

D: Tuningan snare di mid-low tapi lupa kunci apa.

T: Ada rencana rilis fisik ga?  Untuk promosi apa rencana kalian ? Tour atau ? Selain lewat press release?

D: Untuk perilisan fisik, kami berencana tapi belum bisa memberikan pengumuman karena masih dalam tahap diskusi. Tur juga masih dalam proses perencanaan, semoga semuanya lancar.

[Artwork Album] Pelteras – Peranjakan

T: Apa cita-cita terbesar kalian bersama Pelteras?

D: Kalau gue yang penting bisa bikin lagu yang lebih bagus dan bawain lagu-lagunya live dengan lebih baik.

AP: Setuju.

AB: Kalau gue sebisa mungkin mau terus bisa memuaskan diri kami sendiri dalam berkarya, dan terus mengeksplor ranah-ranah baru dalam bermusik. Kalau dari segi outcome, berharap hasilnya mengikuti proses-proses yang udah gue sebut di atas aja.

TA: Idem.

T: Makanan apa yang menjadi mood booster kalian saat pengerjaan album ini?

D: Bakmi Gading Permai. Sama kopi yang banyak dan Sama dimsum depan Noise Lab Studio.

AB: Yoi nih. Jadi album kami direkam di Noise Lab studio di daerah Rawamangun. Bakmi Gading Permai ini hampir selalu kami pesen saat sesi rekaman, karena letaknya yang cenderung gak jauh dari studio.

TA: Kopi seember.

T: Film atau TV series apa yang terakhir kalian tonton?

D: Terakhir sih lagi rewatch The Sopranos. Kalau film kayaknya terakhir nonton Chicken Little, Rewatch juga sih.

AB: Tadi sore nonton Brooklyn 99 season 1

TA: Jujutsu kaisen.

T: Oke, makasih banyak waktunya Pelteras. Sukses buat album terbaru kalian 🖖

D: Terima kasih banyak Theo! Sehat dan sukses selalu

TA: Terima kasih banyak ya.

Kredit Produksi Album Peranjakan:
Musik oleh Pelteras
Lirik oleh Adam Bagaskara
Direkam oleh Haryo Widi di Noise Lab Studio
Mixing oleh Haryo Widi di KDG Studio
Mastering oleh Moko Aguswan
Sampul Album oleh Juan Akbar, menampilkan Raldiano
Pelteras adalah Techa Aurellia, Adam Pribadi, Achmad Raditya, dan Adam Bagaskara

Press Release:
https://bit.ly/PeranjakanPressKit

Informasi lebih lanjut tentang Pelteras:
https://linktr.ee/pelteras
Email: pelteras@gmail.com

Theo Nugraha

Theo Nugraha (b. Samarinda, April, 1992) is an artist, curator, and organizer from Samarinda. He has been a part of Indonesian experimental sound scene since 2013. His discography contains almost 200 releases. He is the co-founder of the HEX Foundation and one of the initiators of Extended.Asia, an online platform for sound and visual artists. In addition, He also works as a co-curator of the Museum Kota Samarinda. Theo is also active in an visual experimentation group with Milisifilem Collective, performance art at 69 Performance Club, and is the editor of EXT.ASI.PLAY.

article above by: Theo Nugraha

    error: Content is protected !!